Jumat, 17 Juni 2011

BAGAIMANA ORANG JAMAN DULU BERHITUNG?


Sore yang cerah dengan semangat yang menggebu kami sekelompok teman KKN berangkat ke rumah kepala dusun di desa Karanganyar Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo. Seperti hari sebelumnya kami mengajarkan penduduk desa yang mayoritas sudah berumur untuk mengenal huruf, menggunakan sesuatu, melihat tanggal dan berhitung. Nah, sore itu kami mengajarkan berhitung kepada mereka. Telah siap di atas meja belajar sabak dari kami dan beberapa perlengkapan lain ada air minum dan makanan mereka bawa dari rumah.

Pertama kami mengenalkan notasi tambah, kurang , kali dan bagi setelah itu kami memberikan contoh perkalian, karena pengurangan dan penambahan sepertinya mereka telah mahir.
Saya bilang “tiga kali dua adalah enam” merekapun manggut-mangut saya berikan berulang bebapa perkalian sederhana, dan mereka sepertinya juga sudah paham, namun setelah saya cek untuk menjawab mereka tak bisa menjawabnya.
“Berapakah empat kali lima?” tanya saya.. suasana hening dan mereka tampak berfikir, tapi setelah saya bilang “Jika ibu dan bapak punya empat kelapa, satu kelapa seharga lima ratus rupiah, berapa harga semua kelapa?” dengan serentak meraka menjawab “dua ribu”… Oalah baru kami sadari ternyata mengajar berhitung dengan pendekatan harga akan lebih mudah mereka terima daripada dengan bilangan yang lebih kecil. Bahkan sampi dengan rupiah dua puluh limaan, misalkan satu bungkus merica seharga Rp.125,- berpakah harganya jika membeli 15 buah dengan cekatan mereka menjawabnya.
Nah sekarang bagaimana otak mereka tersetting untuk menghitung angka-angka rumit tetapi berbentuk uang tersebut, sampai sekarang juga masih heran jika teringat dengan hal itu.
Apakah mereka menambahkan secara manual, atau mereka membaginya menjadi kelompok-kelompok angka seribuan atau seratusan saya juga tak tahu, kalaupun saya berusaha untuk menanyakan cara menghitungnya kepada mereka, pasti dijawab dengan mudah “ya tinggal di itung to mas“, kata mereka..
Fenomena ini saya rasa juga terjadi di belahan daerah lain, nah bagaimana orang jaman dahulu berhitung?

Source: risdjunaedi.files.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Save our beautiful earth!

Save our beautiful earth!
if not now, then when? if not us, then who?